Selamat bersua kembali dalam rangkaian tarian penaku kali ini. Inginku mengajak anda memperkenalkan seorang laki-laki yang didamba surga. Dialah laki-laki yang ditinggalkan orang tuanya semenjak balita. Dialah lelaki padang pasir yang memiliki keistimewaan dan kesempurnaan yang sulit kutorehkan dengan kata-kata. Namun begitu, kuusahakan untaian kata-kataku ini mewakili ucapan-ucapan mereka yang pernah melihatnya, bersamanya dalam suka dan duka, mendengar tutur katanya sekaligus menyaksikan sosoknya yang begitu berbekas dalam jiwa.
Duh, tak sabar lagi pena ini menari untuk kawan dan memang untuk kawanlah kupersembahkan tentangnya..
binar indah matanya
Lebar dan hitam kedua matanya nan berkelopak panjang. Bulu matanya amat letik menawan. Alisnya melengkung rapi bak bulan sabit dan bersambung.
tampan wajahnya nan rupawan
Sekiranya lelaki ini hidup saat ini maka para wanita akan tergila-gila dengan elok rupanya. Mereka akan terpesona. Bagaimana tidak, kawan?? Wajahnya begitu tampan, cerah nian seolah-olah di mukanya lah lintasan peredaran mentari. Manis pula dipandang. Ketika ia bergembira maka bercahayalah rona wajahnya nan mempesona. Rekan-rekannya mengibaratkan wajah lelaki itu dengan potongan rembulan saat purnama menjelang yang mengikis gelapnya malam.
Subhanallah, sungguh elok rupanya bak terbitnya mentari di ufuk timur. Ketika lelaki itu marah, mukanya akan memerah seakan-akan ada biji buah delima.
Duhai kawanku, kerabatku, saudaraku, saudariku…
aku tidaklah mengada-ada bertutur karena begitulah rekan-rekannya berucap.
Salah satu rekannya berkata : ”jika aku melihatnya seakan-akan aku melihat matahari yang sedang terbit.”
Kawannya yang lain bertutur: ”apabila dia bergembira, wajahnya bercahaya sehingga terlihat seperti potongan rembulan.
Wanita muda yang menjadi salah satu belahan jiwanya pernah berkata: ”jika aku melihat keringat yang ada (menetes) di wajahnya, ia (begitu) bersinar bagai kilat yang melintas.”
Pernah suatu ketika ada orang yang melihatnya di suatu malam yang cerah kemudian orang tersebut berkata sambil tertegun: ”aku memandangnya, kemudian kupandang rembulan, dia memakai baju merah, ternyata dia lebih indah dari rembulan.”
Subhanallah kawan.. tidakkah engkau jatuh hati??
keringatnya pun harum semerbak
Memang demikian adanya. Keringatnya yang membasahi tubuhnya begitu wangi mengalahkan harumnya wewangian. Orang-orang akan mengetahui bahwa dia melewati suatu jalan karena harum tubuhnya yang tersiar.
Seorang temannya berkata: ”(butiran-butiran) keringatnya merupakan minyak wangi yang paling harum
Rekan wanitanya berucap pula: ”keringatnya lebih harum dari minyak wangi
Rekan yang lain bertutur: ”aku pernah menggapai tangannya kemudian kuletakkan diwajahku, ternyata tangannya lebih sejuk dari embun dan aromanya lebih wangi dari misik.”
mereka begitu cinta dengan sosoknya
Kawanku yang kucinta.
orang-orang yang bergaul dengannya begitu mencintainya sampai pada batas hayam (tergila-gila). Mereka mencintainya karena kesempurnaannya yang menjadi idaman dan sosoknya yang menenteramkan jiwa bagi yang memandang. Mereka mati-matian untuk mengerumuninya dan mengagungkannya.
Lihatlah kawan, mereka mampu menceritakan secara detail tentang lelaki itu. Tentang putih kulitnya, renggang gigi depannya, wajahnya yang seputih pedang yang tajam, tulang persendiannya yang besar, indah nan serasi betisnya, lembut nan halus bulu dadanya dan hal-hal lainnya yang menggambarkan secara utuh sosok lelaki itu. Itulah salah satu tanda cinta mereka yaitu mengetahui segalanya tentang figur yang dicinta..
nyawapun mereka pertaruhkan untuk lelaki itu
Tidakkah engkau tau bahwa nyawapun mereka taruhkan demi lelaki itu?? Marilah sejenak bersamaku melihat buktinya..
Ada dua anak kecil yang sangat mencintai lelaki itu. Ketika keduanya mendengar kabar kepastian bahwa lelaki itu dicela maka keduanya bertekad membunuh si pencela.. iya kawan, membunuh si pencela.
Anak kecil pertama berkata dengan penuh ketegasan dan jiwa kesatria : ”. . .demi Allah jika aku bertemu dengannya (si pencela), niscaya aku dan dia (si pencela) tidak akan berpisah sampai salah satu diantara kami terbunuh.”
Anak kedua pun berkata demikian. Kemudian ketika keduanya bertemu dengan si pencela lelaki itu, segera pedang-pedang terhunus dan larut dalam pertarungan, merekapun berhasil membunuh si pencela.
Subhanallah, alangkah besarnya kekuatan cinta yang tertancap dalam sanubari kedua anak itu. Cinta mampu menghunus tajamnya pedang hingga mengalirkan darah di kancah peperangan.
Tahukah kawan siapakah lelaki itu??
Dialah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang begitu sempurna perawakannya, yang begitu cinta kepada kita sebagai umatnya, yang tak ingin umatnya terjerumus dalam kubangan neraka, yang telah mengajarkan kita agama Tuhannya, yang dinantikan surga, yang menjadi teladan seluruh umat hingga akhir zaman, yang, yang, yang, yang,….
Duhai kawan dimanakah cinta kita teruntuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dibanding pesona cinta beliau kepada kita??
Dimanakah cinta kita teruntuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dibanding gelora cinta para sahabat teruntuk beliau??
Cobalah kita tengok gelora cinta dua anak kecil dari kaum anshar yang kututurkan diatas. Keduanya bertaruh nyawa untuk membunuh Abu Jahl yang telah mencaci Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kekuatan cintanya mampu mengeluarkan pedang dari sarungnya hingga berhenti setelah darah tertumpah. Bagaimana dengan kita???? Jangan biarkan cinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertepuk sebelah tangan, kawan..
********
catatan penulis:
Para sahabat yang kukutip ucapannya di atas yang menceritakan gambaran fisik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Ali bin Abi Thalib, Jabir bin Samurah, ar-Rabi binti Mu’adz, ummul mukminin Aisyah, Ka’ab bin Malik, sahabat Anas, dll.
Ide tulisan diatas berkenaan dengan materi khutbah jum’at yang begitu mengharukan di Islamic Centre Mataram dengan tema Mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Sumber tulisan:
1. Kitab ar-Rahiq al-Makhtum (edisi terjemahan) karya syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri
2. Majalah al-Furqon
_.Jum’at sore kala mendung menyelimuti kota mataram._
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar